• Bagaimana Bisa Baca Kitab? •
Beberapa jam lalu saya berpikir; kenapa saya bisa baca kitab kuning? Sejak kapan? Terus, kenapa kitab yang gundul, gak ada harokatnya itu bisa kita "prediksi" fathah, kasroh, dlommah, atau sukunnya.
Apakah karena S2 di IIQ?
Atau 3 tahun di Lipia?
Atau semasa di MAK Tabah yang penuh drama wajib berbahasa Arab itu?
Ataukah...?
Sementara orang lain kebingungan harus baca bagaimana saat disodorkan kitab gundul. Gimana cara bacanya.
Saya coba angan-angan.
Dan sepertinya kemampuan hari ini adalah hasil dari kombinasi semua pembelajaran sedikit-sedikit yang saya peroleh sejak di Madin PP Tarbiyatut Tholabah, MTs Tabah, MAK Tabah, Lipia, hingga S2.
Salah satu kitab yang amat mendukung kita bisa memprediksi harokat sebuah kata Arab ialah Amtsilah Tasrifiyah. Ini kitab yang dulu suka bikin kesel santri. Maklum, setiap pelajaran mesti disuruh baca bareng-bareng dengan suara keras. Lalu disuruh setoran maju satu persatu. Kalau gak hafal, berdiri di depan kelas sampai selesai pelajaran. Atau dipukul penggaris kayu.
Sudah disuruh ngapalin tiap hari, dihukum pula. Gak enak tenan toh?!!!
Tapi ternyata, manfaatnya itu baru kita sadari bertahun-tahun kemudian. Bahkan, ketika itu, lulus Aliyah saja belum saya sadari; apa gunanya. Saking bodoh e saya. 😅
Lha, kok...
Malam ini pas buka instagram. Lihat di feed @ofc_markazarabiyah ulasan tentang kitab ini. Ulasan itulah yang membuat saya tergerak menuliskan kenangan tentang kitab ini.
Untuk penyusunnya; Kiai Ma'shum bin Ali, al-Fatihah...
Comments
Post a Comment