LAMONGAN - Ustadz M. Shorih Al-Kholid, selaku pembina asrama PP Cahaya Quran Tritunggal Babat Lamongan menyampaikan kultum dalam acara malam tasyakuran dan doa bersama di pendopo PP Cahaya Quran.
Acara dikemas dalam bentuk tahlil, istighotsah, dan sholawatan. Adapun materi kultum Ustadz Shorih adalah sebagai berikut:
Alhamdulillah, kita bersyukur kepada Allah SWT, karena pada malam hari ini, di bulan Agustus yang mulia ini, kita masih diberi nikmat sehat, nikmat iman, dan yang terpenting, nikmat hidup di sebuah negara yang merdeka, Indonesia.
Besok, bangsa kita akan merayakan hari kemerdekaan. Sebagai santri, bagaimana cara kita mensyukurinya? Jawabannya ternyata sudah Allah bisikkan dalam dua surat yang sangat pendek di Juz 30, yang insya Allah kita semua hafal di luar kepala: Surat Al-Kautsar dan Surat An-Nashr.
Pelajaran Pertama: Kemerdekaan adalah "Al-Kautsar" Kita (Nikmat yang Melimpah)
Adik-adik sekalian, mari kita lihat surat Al-Kautsar. Allah berfirman:
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ
"Sesungguhnya Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak." (QS. Al-Kautsar: 1)
Kemerdekaan Indonesia ini, demi Allah, adalah Al-Kautsar bagi kita. Sebuah nikmat yang sangat banyak dan luar biasa. Nikmat ini tidak datang dari hadiah penjajah, tetapi ditebus dengan darah para syuhada, dengan air mata para ulama, dan dengan pekik takbir para santri pejuang.
Lalu, jika kita sudah diberi nikmat yang begitu besar, apa perintah Allah selanjutnya?
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
"Maka laksanakanlah shalat karena Tuhanmu, dan berkorbanlah." (QS. Al-Kautsar: 2)
Di sinilah resep syukur pertama kita.
* فَصَلِّ لِرَبِّكَ (Dirikan Shalat): Cara pertama mensyukuri kemerdekaan adalah dengan memperkuat hubungan kita kepada Sang Pemberi Kemerdekaan, yaitu Allah SWT. Jangan sampai kita menjadi santri yang merdeka dari penjajah, tapi malah "dijajah" oleh rasa malas untuk shalat berjamaah, malas mengaji, dan malas beribadah. Syukur kita yang utama adalah syukur vertikal, langsung kepada Allah.
* وَانْحَرْ (Berkorbanlah): Makna "berkorban" bagi kita sebagai santri hari ini adalah:
* Berkorban waktu untuk belajar dengan sungguh-sungguh.
* Berkorban tenaga untuk membantu pondok dan teman-teman kita.
* Berkorban pikiran untuk menghafal Al-Quran dan memahami ilmu agama.
Inilah cara kita mengisi kemerdekaan. Bukan dengan hura-hura, tapi dengan ibadah dan pengorbanan untuk menjadi generasi yang lebih baik.
Pelajaran Kedua: Kemenangan Datang dari Allah (Sikap dalam Surat An-Nashr)
Sekarang, mari kita buka resep kedua dari surat An-Nashr.
إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ
"Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan." (QS. An-Nashr: 1)
Ayat ini mengingatkan kita bahwa kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 hakikatnya adalah نَصْرُ اللَّهِ, pertolongan dari Allah. Bambu runcing sehebat apa pun tidak akan menang melawan tank dan senjata modern, kecuali karena ada pertolongan Allah yang menggerakkan hati para pahlawan kita. Ingat pekik "Allahu Akbar!" dari Bung Tomo? Itu bukti bahwa kemenangan kita adalah campur tangan langsung dari Allah.
Lalu, apa yang harus kita lakukan setelah diberi kemenangan dan pertolongan itu? Apakah kita boleh sombong? Allah langsung menjawab di ayat selanjutnya:
فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ ۚ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا
"Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampunan kepada-Nya. Sungguh, Dia Maha Penerima taubat." (QS. An-Nashr: 3)
Inilah resep syukur kedua, yaitu sikap seorang pemenang:
* فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ (Bertasbih dan Memuji Tuhanmu): Isi kemerdekaan ini dengan memperbanyak zikir, puji-pujian kepada Allah. Setiap prestasi yang kita raih, baik di pondok maupun di luar, kembalikan pujian itu kepada Allah. Gunakan kemerdekaan ini untuk hal-hal yang membuat Allah ridha, bukan untuk maksiat.
* وَاسْتَغْفِرْهُ (Mohon Ampun): Kita harus banyak beristighfar. Memohon ampun karena mungkin selama ini kita belum maksimal dalam mengisi kemerdekaan. Masih sering malas, masih sering menunda kebaikan, dan belum menjadi santri yang membanggakan agama dan negara. Istighfar adalah tanda kerendahan hati, mengakui bahwa kita masih banyak kurangnya.
Penutup
Adik-adikku, para santri Cahaya Quran yang saya cintai.
Jadi, dari dua surat agung ini, kita belajar bahwa cara terbaik mensyukuri kemerdekaan adalah dengan dua hal utama:
* Dari Al-Kautsar: Ibadah yang kuat dan semangat berkorban untuk kebaikan.
* Dari An-Nashr: Selalu memuji Allah atas nikmat ini dan rendah hati dengan beristighfar, mengakui segala kekurangan kita.
Mari kita buktikan rasa syukur kita dengan menjadi santri yang rajin shalatnya, cerdas ilmunya, mulia akhlaknya, dan siap berkorban untuk agama, nusa, dan bangsa. Semoga kita semua menjadi cahaya sejati bagi Al-Quran dan Indonesia.
Comments
Post a Comment